DIGITAL
CINEMA
1.
Sejarah Digital
Cinema
Cinema
digital merujuk
pada penggunaan teknologi
digital untuk
mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat didistribusikan
lewat perangkat keras, piringan
optik atau satelit serta
ditayangkan menggunakan proyektor
digital alih-alih proyektor filmkonvensional. Sinema digital
berbeda dari HDTV atau televisi high
definition. Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau
standar HDTV, aspek rasio atau peringkat bingkai.Proyektor
digital yang
memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada
tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.
Sampai saat ini, proses pembuatan film yang
sebenarnya dari sebuah produksi film telah menggunakan 35mm atau 70mm roll film
kamera yang menggunakan tabung-tabung seluloid. Gambar kualitas yang dihasilkan
oleh kamera digital dirasakan secara signifikan lebih rendah dari film, dan
sementara rekaman film semakin dimotori oleh komputer untuk pasca-produksi
manipulasi, proses produksi itu sendiri tetap berbasis seluloid.
Dalam teori, Digital Cinema dimulai pada
akhir tahun 1980-an, ketika Sony datang dengan konsep pemasaran 'sinematografi
elektronik'. Tetapi, inisiatif ini gagal. Pada akhir tahun 1990-an, dengan
pengenalan perekam HDCAM dan penggantian nama dari proses 'sinematografi
digital' pembuatan film menggunakan kamera digital dan peralatan terkait
akhirnya mulai berjalan.
George Lucas berperan penting dalam
melahirkan pergeseran ini, ketika pada tahun 2001 dia shooting 'Attack dari
Klon' episode Star Wars digital, menggunakan Sony HDW-F900 HDCAM yang
dilengkapi dengan lensa Panavision camcorder high-end. Ini sebenarnya adalah
shooting pertama dengan kamera Sony. Sementara mampu shooting dengan gambar
standar Amerika konvensional 30-frame/second interlaced, kamera ini juga bisa
men-shoot 24-frames/second, standar untuk film, dan juga video progresif, video
terdiri dari bingkai lengkap.
Digital Cinema merujuk pada penggunaan
teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak.
Sebuah film dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau
satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor
film konvensional. Digital Cinema berbeda dari HDTV atau televisi high
definition. Digital Cinema tidak bergantung pada penggunaan televisi atau
standar HDTV, aspek rasio atau peringkat bingkai. Proyektor digital yang
memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006
jangkauannya telah diakselerasi.
Digital Cinema dapat dibuat dengan media
video yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter (mm)
ke format high definition (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses
cetak yang disebut dengan proses blow up. Setelah menjadi format HD, penayangan
film dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan
satelit, sehingga tidak perlu dilakukan salinan film. Contohnya, dari satu
bioskop di Jakarta, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di
daerah melalui satelit
2.
Animasi
Animasi adalah
suatu rangkaian gambar diam secara inbeethwin dengan jumlah yang banyak, bila
kita proyeksikan akan terlihat seolah – olah hidup (bergerak), seperti yang
pernah kita lihat film – film kartun di televisi maupun dilayar lebar jadi
Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak.
3 Penggunaan animasi pada komputer telah dimulai dengan ditemukannya software
komputer yang dapat dipergunakan untuk melakukan ilustrasi di komputer, membuat
perubahan gambar satu ke gambar berikutnya sehingga terbentuk suatu bentuk
gerakan tertentu.
·
Animasi 2D
Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa
juga disebut dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata Cartoon, yang
artinya gambar yang lucu. Memang, film kartun itu kebanyakan film yang lucu.
Contohnya banyak sekali, baik yang di TV maupun di Bioskop. Misalnya: Looney
Tunes, Pink Panther, Tom and Jerry, Scooby Doo, Doraemon, Mulan, Lion King,
Brother Bear, Spirit, dan banyak lagi.
·
Animasi 3D
Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan
animasi 3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan
dari animasi 2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup
dan nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan Disney
(Pixar Studio), maka berlomba-lombalah studio film dunia memproduksi film
sejenis. Bermunculanlah, Bugs Life, AntZ, Dinosaurs, Final Fantasy, Toy Story
2, Monster Inc., hingga Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale. Cars, Valian.
Kesemuanya itu biasa juga disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer
Generated Imagery).
·
Cinema 4D
Adalah Produk dari MAXON ,software ini memang
belum terkenal seperti teman-temannya yaitu 3D max dan Maya yang sering
digunakan oleh para animator maupun orang banyak untuk membuat animasi ataupun
arsitektur 3D. Tapi anda jangan salah, sudah banyak banget film animasi yang di
buat oleh Cinema 4D diantaranya The Golden Compass, Beowulf, all three
Spider-Man films, Surf's Up, Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer, Ghost
Rider, Open Season, all three Pirates of the Caribbean films, Monster House,
dan masih banyak lagi.
3.
Perbedaan Teknologi
2D, 3D, dan 4D
2D
Ciri dari format film dengan teknologi 2D ini adalah,
tidak adanya benang halus, suaranya yang bagus, warnanya lebih cerah,
dan tajam, namun, kekurangan dari format 2D ini adalah, resolusinya yang tidak
sebesar format biasa, karena apabila semakin lebar resolusinya maka akan
semakin gepeng layarnya. Bagian-bagian adegan yang tersensor (dengan cara
potong adegan) lebih halus ketimbang format biasa, bahkan seperti tidak
tersensor potongan adegan tersebut. Secara umum, format 2D ini memiliki gambar
yang lebih halus layaknya kita menonton DVD dirumah dengan kualitas suara yang
bagus.
3D
Pada saat ini sudah banyak film hollywood yang
berformat 3D, bahkan beberapa film tidak memiliki versi biasanya dan hanya
terdapat format 3D. Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia mengenai
film berformat 3D ini, karena format ini mengharuskan kita menggunakan kacamata
3D. Dan film-film tersebut juga memiliki efek nyata, yaitu efek gambar yang
keluar dari layar, dan hanya bisa terlihat jika kita menggunakan kacamata
3D ini. Di tahun-tahun sebelumnya, hanya film animasi sajalah yang memiliki
format 3D. Namun, akibat berkembangnya kecanggihan CGI, maka film biasa seperti
live action pun sudah berformat 3D. Di beberapa film 3D, bahkan tidak terdapat
Subtitle nya, dikarenakan memasukan suatu subtitle ke film dengan format 3D ini
akan menurunkan kualitas film sebesar 10%.
4D
Tidak berbeda jauh dengan format 3D, hanya saja efek
dari film 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada
getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film
animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang
menyipratkannya ke wajah kita, atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa
bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, memang unik dan
mengasyikan tetapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke
efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop
saja, melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yang
menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya, termasuk AC yang
bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin saat adegan salju, dan Heater yang
dapat memanas saat adegan padang pasir. Dan format film ini pun harus diputar
pada bioskop-bioskop khusus saja.
4.
Kesimpulan
Dari
materi materi yang sudah dijelaskan diatas, disimpulkan bahwa di era zaman
teknologi yang sekarag ini sudah berkembang sangat pesat. Dimulai dari Film 2
dimensi sampai yang terbaru 4 dimensi, tidak menutup kemungkinan di masa yang
akan dating akan terus bermunculan teknologi teknologi yang lebih unggul di
banding dengan teknologi 4 dimensi ini. Ditambah lagi dengan adanya orang orang
yang bekerja keras untuk mencari informasi informasi mengenai teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar