MAKALAH
ILMU
SOSIAL DASAR
“ILMU
PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, & KEMISKINAN”
Dibuat oleh:
Hidayat Taufik Akbar
(53416301)
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Kata Pengantar
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa karena rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, “ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI &
KEMISKINAN”. Sebaik mungkin makalah saya buat meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya, dan juga saya berterima kasih pada Bapak Edi Fakhri
selaku dosen mata kuliah “Ilmu Sosial Dasar” yang telah memberikan motivasi dan
kesempatan kepada saya untuk mengerjakan makalah ini. Makalah ini
saya buat untuk memenuhi tugas. Selain itu saya berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai seberapa
besar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan kelangsungan hidup
kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jakarta, 10 Februari
2017
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar
Isi...........................................................................................................
Bab I
Pendahuluan............................................................................................
A.
Latar Belakang..........................................................................
B.
Rumusan Masalah......................................................................
C.
Tujuan........................................................................................
Bab II Kajian
Pustaka.......................................................................................
A. Ilmu Pengetahuan......................................................................
B.
Teknologi...................................................................................
C.
Kemiskinan................................................................................
D.
Kemakmuran.............................................................................
Bab III Pembahasan..........................................................................................
Bab IV Penutup...............................................................................................
A.
Analisa.....................................................................................
B.
Solusi........................................................................................
C.
Kesimpulan...............................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah dua hal yang tak akan pernah bisa
terlepaskan dari kehidupan manusia. Apalagi, abad 21 ini adalah era globalisasi
dimana hampir semua kegiatan manusia menggunakan sistem teknologi. Yang mana
perkembangan teknologi sangatlah pesat, dalam hal ini teknologi sangat
berpengaruh di kehidupan sosial kita. Apalagi jika kita amati lebih jauh,
IPTEK sangat berpengaruh pada kehidupan sosial. Teknologi dalam penerapannya
sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi kepercayaan
yang mendalam. Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun mempunyai
dampak sosial yang muncul sering lebih penting artinya daripada kehebatan
teknologi itu. Kita misalkan saja manusia yang bisa memanfaatkan IPTEK maka
akan memiliki status pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu orang yang berpendidikan
tinggi identik dengan status sosial yang tinggi. jika status sosial seseorang
tinggi maka tingkat kemakmurannya juga akan tinggi pula. Untuk itulah jika
diamati dengan seksama maka terdapat hubungan yang sangat kuat antara IPTEK
dengan kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan
masyarakat maka akan meliputi kemakmuran dan kemiskinan. Bilamana masyarakat
bisa makmur apabila berhasil mengikuti dan menggunakan perkembangan IPTEK maka
masyarakat tersebut termasuk masyarakat yang sejahterah, dan sebaliknya,
masyarakat yang tidak dapat mengikuti IPTEK dengan baik maka terjadi
kemiskinan.
Kemiskinan
sendiri merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang
akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita
masyarakat adil dan makmur. Berbicara tentang kemiskinan akan menghadapkan kita
pada persoalan lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi
manusia dalam lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu
pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk
mengurangi kemiskinan di tengah masyarakat.
Kemiskinan
memang menjadi masalah yang serius dalam menghadang kemajuan IPTEK. Hal ini disebabkan,
masyarakat miskin dipastikan tidak akan bisa menikmati kemajuan teknologi.
Malah yang terjadi masyarakat miskin akan menghambat perkembangan teknologi.
Bukan hanya itu saja, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memberikan dampak dalam
sektor ekonomi sehingga masyarakat akan terseleksi dan membuat mereka menjadi
miskin ketika dampak IPTEK mulai merajarela.
Untuk
itulah, perlu adanya pemahaman yang mendalam antara Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dengan kemiskinan serta kemakmuran masyarakat sehingga ada
kemungkinan muncul sebuah kesalahan persepsi mengenai IPTEK yang sangat erat
kaitannya dengan kemunculan kemiskinan yang terus berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Kemiskinan?
2. Apa hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Kemiskinan?
3. Bagaimana dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
terhadap kemakmuran masyarakat?
4. Bagaimana cara Mengoptimalkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi untuk kemakmuran masyarakat?
C.
Tujuan
1. Mengetahui definisi dan maksud dari Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Kemiskinan
2. Mengetahui hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Kemiskinan
3. Memahami dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
terhadap kemakmuran masyarakat
4. Memahami cara optimalkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi untuk kemakmuran masyarakat
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. ILMU PENGETAHUAN
Ilmu
Pengetahuan berasal dari dua kata, yaitu “ilmu” dan “pengetahuan” yang memiliki
arti tersendiri. Keseluruhannya telah lama dipersoalkan oleh ahli filsafat
seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles dimana teori ilmu pengetahuan
merupakan cabang atau sistem filsafat. Oleh J.P Farrier dalam institutes of
metaphiscs (1854), pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut
”epistemologi” (epistem=pengetahuan, logos=pembicaraan/ilmu).
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah
lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia
jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia
yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan
tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah
seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Menurut
Immanuel Kant pengetahuan merupakan persatuan budi dan pengalaman. Dari
berbagai macam pandangan tentang pengetahuan di peroleh sumber-sumber
pengetahuan berupa ide, kenyatan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sentesis budi
atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk
membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori
kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil,
dimana pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai
hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu.kedua, pengetahuan itu benar
apabila ada kesesuaian dengan kenyataan, bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai
konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya
teori dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu
definisi ilmu pengetahuan akan mengalami kesulitan sebab, membuat suatu
definisi dari definisi ilmu pengetahuan yang dikalangan ilmuan sendiri sudah
ada keseragaman pendapat. Hanya akan merangkap dalam tautologies (pengulangan
tanpa membuat kejelasan) dan pleonasme atau mubazir saja.
Dalam
penerapan sebuah ilmu pengetahuan akan memunculkan sebuah hambatan sosial. Hal
ini disebabkan, pola pikir ilmiah tidak mempertimbangkan nilai moral dan dampak
terhadap sosial ekonomi. Sebab manusia tidak selalu sadar dengan hal ini,dan
manusia yang paling sederhanapun hanya sedikit peduli terhadap sosial
ekonomi.
Contoh
sederhana tapi mendalam terjadi pada masyarakat mistis. Dalam
masyarakat tersebut ada kesatuan dari pengetahuan (mitis) dan perbuatan
(sosial), demikian pula hubungan sosial di dalam suku dan kewajiban
individu sudah terang, argumen ontologis, kalau meminjam teori plato berteori
tentang wujud dan hakikat yang ada. Keadaan sekarang sudah berkambang sehingga
manusia sudah mampu membedakan antara ilmu pengetahuan
(kebenaran) dan ilmu etika (kebaikan). Maka yang pertama
dipentingkan bukan “apa” melainkan “bagaimana” dapat menghubungkan
ilmu pengetahuan dengan etika dalam suatu sikap yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Alasan
lain untuk mengintegrasikan kedua bidang tersebut ialah karena dalam perkembangan-perkembangan
ilmu modern, pengetahuan manusia telah mencapai lingkupnya yang paling
luas, dimulai dengan pikiran antologis, kemudian gauli, rahasia-rahasianya
dimanfaatkan bagi manusia. Timbul kesan seolah- olah pengetahuan
ilmiah merupakan suatu tujuan tersendiri (ilmu demi ilmu). Bahkan ada ilmu
pengetahuan murni, jadi lepas dari apa yang ada di luar ruang
lingkup ilmu, lepas dari masyarakat dan hidup sehari-hari. Di sini
manusia berhadapn dengan pertanyaan –pertanyaan mengenali kebaikan
dan kejahatan, kesadaran politik, nilai-nilai religius, dan sebagainya. Oleh
pandangan ini kaidah etis etis beserta lain-lainnya di cap sebagai sosial
akstra ilmiah (diluar dibidang ilmu).
Sekarang
tidak dapat netral dan bersikap netral lagi terhadap ilmu penyelidikan
ilmiah. Karena manusia hidup dalam suatu dunia, hasil ilmu pengetahuan dapat
membawa pada malapetaka yang belum pernah kita bayangkan sehingga perlu etika
ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya jalan keluar. Lebih lanjut diakui oleh filsafat
modern, bahwa manusia dalam pekerjaan ilmiahnya tidak hanya bekerja
dengan akal budinya, melainkan dengan seluruh eksitensinya, dengan seluruh
keadaannya, dengan hatinya, dengan panca inderanya sehingga manusia,
dalam mengambil keputusannya, membuat pilihannya terlebih dahulu, mendapapat
pertimbangannya terlebih dahulu, mendapat pertimbangan dengan pengajaran agama,
dan nialai-nilai atau norma kesusilaan. Konteks ilmu dengan ajaran agama dalam
rangka meeningkatkan ilmuan itu sendiri sejajar dengan orang-orang yang beriman
pada derajat yang tinggi, sebagai pemegang alamat dan akan tetap
memperoleh pahala.
B. TEKNOLOGI
Istilah
teknologi berasal dari kata techne dan logia. Kata yunani kuno techne berarti
seni kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah perkataan technikos yang berarti
seseorang yang memiliki keterampilan tertentu. Dengan berkembangnya
keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu
pola, langkah, dan metode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Penggunaan istilah 'teknologi' (bahasa Inggris: technology) telah berubah
secara signifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah
ini tidaklah lazim dalam bahasa Inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran
atau pengkajian seni terapan. Istilah
ini seringkali dihubungkan dengan pendidikan teknik, seperti di Institut Teknologi
Massachusetts (didirikan pada tahun 1861).[2] Istilah technology mulai menonjol pada abad ke-20 seiring
dengan bergulirnya Revolusi Industri Kedua. Pengertian technology berubah pada permulaan abad ke-20
ketika para ilmuwan sosial Amerika, dimulai oleh Thorstein Veblen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari
konsep Jerman, Technik,
menjadi technology. Dalam bahasa Jerman dan bahasa-bahasa Eropa lainnya,
perbedaan hadir di antara Technik dan Technologie yang saat itu justru nihil dalam
bahasa Inggris, karena kedua-dua istilah itu biasa diterjemahkan sebagai technology.
Pada dasawarsa 1930-an, technology tidak hanya merujuk pada 'pengkajian'
seni-seni industri, tetapi juga pada seni-seni industri itu sendiri. Pada tahun
1937, seorang sosiolog Amerika, Read Bain, menulis bahwa technology includes all tools,
machines, utensils, weapons, instruments, housing, clothing, communicating and
transporting devices and the skills by which we produce and use them ("teknologi meliputi semua alat,
mesin, aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti
pengangkut/pemindah dan pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita
menghasilkan semua itu").
Definisi yang diajukan Bain masih
lazim dipakai oleh kaum terpelajar hingga saat ini, terkhusus ilmuwan sosial.
Tetapi ada juga definisi yang sama menonjolnya, yakni definisi teknologi
sebagai sains terapan, khususnya di kalangan para ilmuwan, dan insinyur,
meskipun sebagian besar ilmuwan sosial yang mempelajari teknologi menolak
definisi ini. Yang lebih baru, para kaum terpelajar telah meminjam dari para
filsuf Eropa, technique,
untuk memperluas makna technology ke berbagai macam bentuk nalar
instrumental, seperti dalam karya Foucault tentang techniques de soi, yang
diterjemahkan sebagai technologies
of the self atau teknologi diri.
Kamus-kamus, dan para sarjana telah
memberikan berbagai macam definisi. Kamus Merriam-Webster memberikan definisi
"technology" sebagai the
practical application of knowledge especially in a particular area (terapan praktis pengetahuan,
khususnya dalam ruang lingkup tertentu) dan a
capability given by the practical application of knowledge (kemampuan yang diberikan oleh terapan
praktis pengetahuan). Ursula Franklin, dalam karyanya dari tahun 1989,
kuliah "Real World of Technology", memberikan definisi lain konsep
ini; yakni practice, the way
we do things around here (praktis,
cara kita memperbuat ini semua di sekitaran sini). Istilah ini seringkali
digunakan untuk mengimplikasikan suatu lapangan teknologi tertentu, atau untuk
merujuk teknologi tinggi atau sekadar elektronik konsumen, bukannya teknologi secara
keseluruhan. Bernard Stiegler, dalam Technics and Time, 1, mendefinisikan technology dalam dua cara: sebagai the pursuit of life by means other
than life (pencarian
kehidupan, dalam artian lebih dari sekadar hidup), dan sebagai organized inorganic matter (zat-zat anorganik yang tersusun rapi).
Secara umum, teknologi dapat
didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara
terpadu melalui perbuatan, dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Dalam
penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat, dan mesin yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata. Ia adalah istilah yang
mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat sederhana, seperti linggis atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit,
seperti stasiun luar angkasa atau pemercepat partikel. Alat, dan mesin tidak mesti berwujud
benda; teknologi virtual, seperti perangkat lunak dan metode bisnis,
juga termasuk ke dalam definisi teknologi ini.
Kata "teknologi" juga
digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik. Dalam konteks ini, ia adalah
keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan
sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan
masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan; ia meliputi metode
teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat, dan bahan mentah. Ketika
dipadukan dengan istilah lain, seperti "teknologi medis" atau
"teknologi luar angkasa", ia merujuk pada keadaan pengetahuan, dan
perangkat disiplin pengetahuan masing-masing. "Teknologi state-of-the-art"
(teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada teknologi tinggi
yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun.
Teknologi dapat dipandang sebagai
kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan
matematika, sains, dan berbagai seni untuk faedah kehidupan seperti yang
dikenal saat ini. Sebuah contoh modern adalah bangkitnya teknologi komunikasi,
yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama manusia, dan sebagai hasilnya,
telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru; bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer. Tidak
semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi dapat
juga membantu mempermudah penindasan
politik dan peperangan melalui alat seperti pistol atau bedil. Sebagai suatu kegiatan budaya,
teknologi memangsa ilmu dan rekayasa, yang
masing-masing memformalkan beberapa aspek kerja keras teknologis.
Sampai
pada permulaan abad XX ini, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan merangkum
suatu rangkaian sarana, proses, dan ide disamping alat-alat dan mesin-mesin.
Perluasan arti itu berjalan terus sampai pertengahan abad ini
muncul perumusan teknologi sebagai sarana atau aktifitas yang dengannya manusia
berusaha mengubah dan menangani lingkungan. Ini merupakan suatu pengertian yang
sangat luas karena setiap sarana perlengkapan maupun kultural tergolong suatu
teknologi.
Tak dapat dimungkiri jika
kemajuan teknologi masa kini berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dibuat di dunia ini. Dari hingga
yang sederhana, hingga yang menghebohkan dunia.
Sebenarnya Teknologi sudah ada
sejak zaman dahulu, yaitu zaman romawi kuno. Perkembangan teknologi berkembang
secara drastis, dan terus berevolusi hingga sekarang. Hingga menciptakan
objek-objek, teknik yang dapat membantu manusia dalam pengerjaan sesuatu lebih
efisien, dan cepat. Salah satunya adalah seperti yang ada di Indonesia, yaitu
fenomena mobil esemka yang diciptakan beberapa sekolah di Solo. Telah membuat
inovasi mobil Nasional untuk Indonesia. Selain itu juga, ada di Sidoarjo yang
memproduksi kapal laut untuk kebutuhan melaut.
Dalam bentuk yang paling
sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau
penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok
tanam, membuat baju, atau
membangun rumah.[18]
·
Kemajuan teknologi
yang bersifat netral (bahasa
Inggris: neutral
technological progress) Terjadi bila
tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang
sama.
·
Kemajuan teknologi
yang hemat tenaga kerja (bahasa
Inggris: labor-saving
technological progress) Kemajuan teknologi
yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya
secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai
dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
·
Kemajuan teknologi
yang hemat modal (bahasa
Inggris: capital-saving
technological progress). Fenomena yang
relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset
teknologi, dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang
lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Pengalaman di berbagai negara berkembang menunjukan
bahwa adanya campur tangan langsung secara berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi
asing justru menghambat arus
teknologi asing ke
negara-negara
berkembang.[19]
Kemajuan teknologi memang sangat penting untuk
kehidupan manusia zaman sekarang. Karena teknologi adalah salah satu penunjang
kemajuan manusia. Di banyak belahan masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki
ekonomi, pangan, komputer, dan masih banyak lagi.
Di lain pihak suatu kebijaksanaan
'pintu yang lama sekali terbuka' terhadap arus teknologi asing, terutama dalam
bentuk penanaman modal asing (PMA), justru menghambat kemandirian yang lebih
besar dalam proses pengembangan kemampuan teknologi negara berkembang karena
ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor
asing, karena merekalah
yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit, dan rumit.[19]
Ini menjadi bukti bahwa memang
teknologi sudah menjadi kebutuhan, dan merata di setiap sektor kehidupan
manusia. Terlebih setelah adanya penemuan komputer, dan laptop, yang sekarang
hampir semua pekerjaan manusia memiliki hubungan dengan komputer ataupun
laptop. Sehingga pantas jika komputer adalah penemuan yang paling mutakhir, dan
yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.
Teknologi
dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan
itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan ini pun
mempunyai suatu akibat dimana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu
pengetahuan, dalam perwujudan tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis
teknologi/sebagian ilmu pengetahuan dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan
akan ilmu pengetahuan yang menjadi pasangannya.
Demikianlah
teknologi adalah segenap keterampilan manusia menggunakan sumber-sumber daya
alam untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara
lebih umum dapatlah bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunaan berbagai
sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.
C. KEMISKINAN
Menurut
Petirin A. Sorokin, bahwa stratifikasi sosial (social stratification) adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas – kelas secara bertingkat
(secara hierarakis). Perwujudannya adalah adanya kela-kelas tinggi dan kelas
yang lebih rendah. Selanjutnya Sorokin menjelaskan bahwa dasar dan inti
lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah karena tidak ada keseimbangan dalam
pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung
jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat.
Lapisan-lapisan ini dalam masyarakat itu ada sejak manusia mengenal kehidupan
bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan
jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dan yg dipimpin, pembagian kerja dan
sebagainya. Semakin kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam
masyarakat, maka system lapisan-lapisan dalam masyarkat akan semakin kompleks
pula.
Kemiskinan
menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf
kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun
fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
- penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
- penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
- penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
- penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
- penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan
pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara
terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan
sebagai pekerja
miskin; yaitu, orang yang
tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal
melewati atas garis
kemiskinan.
Kemiskinan
memang merupakan sebuah dampak negatif dari sebuah perkembangan IPTEK yang
semakin pesat tanpa di iringi dengan ekonomi yang mumpuni, sehingga menimbulkan
kaum miskin yang tertinggal akan IPTEK. Hal ini bisa terlihat dengan
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga robotic pada perusahaan sebagai dampak
dari perkembangan IPTEK, tanpa di iringi dengan pemikiran terhadap kaum buruh
yang miskin. Hal ini tentu saja membuat mereka menjadi kalah atau tersingkir
akibat dari kemajuan IPTEK.
D. KEMAKMURAN
Membicarakan
mengenai masalah kemakmuran, tentu yang pertama kali terlintas dalam benak
adalah mengarah kepada segi keuangan atau kemapanan hidup seseorang. Secara
mendasar kemakmuran dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi memiliki definisi
sebagai situasi dimana kebutuhan bisa terpenuhi. Kebutuhan disini mencakup
kebutuhan batin dan kebutuhan lahir, bisa dari sandang, papan, dan pangan.
Kemudian meluas akan kebutuhan rasa nyaman, percaya, dan kepedulian sesama
untuk saling membantu.
Secara
umum kemakmuran memiliki kriteria sebagai berikut :
§ Terpenuhinya kebutuhan pokok (primer), berupa sandang,
pangan, dan papan.
§ Mampu mnjangkau kebutuhan sekunder maupun tersier
dengan mudah.
§ Tidak memiliki tekanan batin, sehingga pikiran ringan.
§ Memiliki orang yang menjadi tempat kepercayaan.
§ Tidak kesulitan mengatur waktu, tenaga, maupun
finansial.
§ Tercukupinya kebutuhan diri akan rekreasi dan
menjalankan hobi.
Melihat kriteria
tersebut, tentunya akan langsung mengacu pada kemapanan dari segi finansial
seseorang. Orang dengan keuangan yang melimpah cenderung mampu mendapatkan
apapun yang diinginkan.
Namun
pada kenyataannya, berdasarkan studi diketahui bahwa orang yang mapan dari segi
finansial masih bisa dikatakan belum makmur. Hal ini terjadi karena adanya
beban baru terhadap kondisi sosial seseorang, bisa karena penyakit, pendamping
hidup, maupun orang sekitar yang sulit diberikan amanah (kepercayaan). Orang
yang cenderung mencintai uang seolah hidup hanya untuk bersenang-senang di
dunia, sehingga beberapa orang justru tidak terpenuhi kebutuhan batin. Seperti
kebutuhan kasih dan sayang dari keluarga maupun orang terdekat lainnya. Hal ini
tentunya masih belum bisa dikatakan makmur, apabila kebutuhan batin tidak mampu
terpenuhi.
Berbicara
mengenai kemakmuran akan lebih bijak apabila standart kemakmuran tersebut
disesuaikan dengan kondisi diri sendiri. Sebab rasa cukup, bahagia, dan
perasaan damai lainnya diciptakan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain dan
lingkungan. Sehingga memiliki filosofi, selalu melihat ke bawah dan jangan
melihat ke atas, akan membantu mendapatkan kemakmuran lahir maupun batin. Sebab
kebutuhan sandang, pangan, maupun papan tentunya tidak perlu terlalu mewah,
dalam kadar secukupnya saja. Semakin besar pasak maka diperlukan tiang yang semakin
besar pula, sehingga mengatur pengeluaran dari berapapun pendapatan maka kita
sudah makmur secara lahir.
BAB
III
PEMBAHASAN
Kesenjangan
ekonomi atau ketimpangan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang
yang berada di bawah garis kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak
negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Di mana negara ini, jumlah
penduduk miskin tergolong paling banyak. Hal ini juga di sebabkan teknologi dan
ilmu pengetahuan negara ini jauh tertinggal dari negara-negara lain di dunia.
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya meliputi:
- Pertama,gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Kedua, gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Ketiga, gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Hubungan IPTEK dengan
Kemiskinan
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling
berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara
teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu
kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum
pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu
pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral
dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau
mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat
pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan,
tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan
sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan
struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul
dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan
manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan
diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara
manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Semuanya
merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di
dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rata-rata
orang yang hidup di bawah garis kemiskinan belum dapat membaca maupun menulis.
sedangkan salah satu cara memberantas kemiskinan adalah dengan ilmu
pengetahuan. Dengan dapat membaca dan menulis, seorang pemulung sampah bisa
berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan menghasilkan banyak
uang. Dengan ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang pengamen untuk berpikir
kreatif dan memulai membuka suatu usaha dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Dampak IPTEK terhadap
Kemakmuran Masyarakat
Keadaan
umat manusia kini sangat berbeda dengan peradaban zaman dulu, misalnya
peradaban Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi atau peradaban di daratan Cina.
Faktor utama yang menyebabkan perbedaan itu ialah pertumbuhan penduduk, sains
dan teknologi. Sains teknologi membawa kemudahan, kemakmuran dan kenyamanan,
sedangkan teknologi komunikasi membuat interdepensi secara global yang semakin
meningkat.
Namun
begitu, sains teknologi juga membawa segi-segi yang negatif. Salah satunya
adalah perkembangan dunia akhir-akhir ini yang menunjukkan kecenderungan yang
sangat memprihatinkan akibat kesalahan dalam pemanfaatan kamajuan sains dan
teknologi.
Sebagaimana
kita ketahui, di papua terjadi penambangan besar besaran bahan tambang yang di
pelopori oleh Freeport dengan menggunakan teknologi canggihnya. Di lansir dari
majalahtambang.com disebutkan bahwa keuntungan PT Freeport Indonesia yang
sahamnya 90% dipegang asing(pihak Amarika) mendapat keuntungan lebih dari 400
Triliyun rupiah. Ini berbanding terbalik dengan para pekerja papua di PT
Freeport yang masih memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah yang tidak
bisa menikmati hasil dari kemajuan teknologi (penambangan papua yang
menggunakan teknologi penambangan canggih sehingga hasil tambang dengan mudah
di dapatkan). Bahkan, sisa atau bekas tambang PT Freeport telah membuat pulau
papua menjadi rusak wilayah hutannya di akibatkan pengrusakan untuk percepat
penambangan di pulau papua. Sehingga ini menjadi bukti bahwa perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan dapat merusak alam dan tidak semua masyarakat
bisa merasakan manfaat dari perkembangan teknologi yang sedang berkembang.
Namun, berbeda bagi mereka yang menjadi bos bos di freeport yang secara
langsung mendapatkan keuntungan atau manfaat dari perkembangan IPTEK di dalam
bidang pertambangan.
Optimalkan IPTEK
untuk kemakmuran masyarakat
Ibaratkan
sebuah pedang bermata pisau, itulah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Apabila di
gunakan dengan optimal serta menggunakannya dengan baik maka akan membuat
masyarakat menjadi makmur, menjadikan masyarakat lebih maju. Dengan begitu
IPTEK akan memajukan masyarakat dari berbagai sektor. Misalkan saja dari sektor
ekonomi dengan penemuan teknologi untuk mempercepat hasil pertanian yang
membuat keuntungan masyarakat bertambah. Dari sektor sosial, jika IPTEK dapat
di optimalkan dengan baik maka setiap masyarakat akan memiliki kelas sosial
yang lebih tinggi sehingga akan bisa lebih dihormati oleh orang lain.
Penggunaan
IPTEK juga harus di sesuaikan dengan berbagai faktor yang ada sehingga tidak
bertentangan juga dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat tersebut agar
tidak terjadi kesalahpahaman antara masyarakat dari golongan pemakai IPTEK
dengan masyarakat yang belum terlalu memakai IPTEK dalam kehidupan mereka.
BAB
IV
PENUTUP
A. Analisa
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi memberikan banyak dampak yang serius terhadap
kemiskinan dan kemakmuran suatu masyarat. Ibarat dua mata pisau, IPTEK akan
memberikan dampak positif dan negatif bagi sebagian orang. Bahkan ada pepatah
yang mengatakan :
“Siapa yang menguasai
teknologi, maka dia yang menguasai dunia”
Maksud
dari pepatah di atas adalah siapapun orang yang dapat memanfaatkan adanya
teknologi dalam berbagai bidang kehidupan, maka derajat orang tersebut akan
berada di atas,dan dapat melakukan apapun sesuai dengan kehendaknya demi
tercapai apa yang yang diinginkan orang tersebut. Dalam perkembangannya iptek
mulai dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Misalnya dalam bidang kesehatan, teknologi, perhubungan dan arsitektur,
industri, dll Adapun dalam pemanfaatan dan penerapannya iptek berdampak negatif
dan positif. Dampak positifnya, iptek dapat dimanfaatkan dan diteterapkan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Namun dampak negatifnya, akan berpengaruh
besar dalam kelangsungan hidup manusia itu sendiri, ujung dari dampak negatif
penerapan teknologi adalah kemiskinan. Dampak negatif tersebut akan berujung
pada kemiskinan, apabila manusia tidak mampu mencari dan menemukan pemecahan
permasalahan yang timbul. Berikut adalah dampak negatif dari perkembangan,
pemanfaatan dan penerapan iptek dalam kehidupan manusia yang saling terkait dan
berujung pada masalah kemiskinan
B. Solusi
Kemiskinan
di negeri ini hanya bisa diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
hal ini ada dua segi yaitu dari pemerintah dan masyarakat. Dari segi pemerintah
yaitu; pemerintah sepenuhnya menangani bidang produksi pertanian dan
peternakan, pemerintah memperbanyak atau meningkatkan mutu dalam pemberdayaan
sumber daya manusia (SDA), pemerintah membangun Infrastruktur dengan teknologi
yang mampu memangkas biaya pegeluaran negara, misalkan saja pemerintah segera
membangun sumber energy nuklir (PLTN). Sedangkan dari segi masyarakat;
masyarakat agar peduli dengan pendidikan dengan memperhatikan lembaga swadaya
masyarakat dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDA), masyarakat diharapkan
meningkatkan produksi pertaniannya dengan basis teknologi yang dianjurkan oleh
pemerintah, serta memperhatikan penuh dalam penyelenggaraan perencanaan PLTN.
IPTEK
memang merupakan dua mata pisau. Sehingga harus di manfaatkan dengan hati hati.
Karena jika tidak terjadi, masyarakat miskin akan menjadi lebih miskin lagi dan
masyarakat golongan menengah keatas akan semakin kaya dengan mendapatkan
pundi-pundi keuntungan dari pemanfaatan IPTEK tanpa memikirkan masyarakat
miskin. Bahkan yang miskin akan tersingkirkan dan menjadi masyarakat buangan
karena selain tidak bisa memanfaatkan IPTEK tetapi juga tidak bisa merasakan bagaimana
IPTEK telah tumbuh dan berkembang dengan cepat.
C. Kesimpulan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Terutama
dalam perkembangannya yang semakin pesat dari tahun ke tahun. Masyarakat mau
tidak mau harus mengikuti perkembangan yang ada demi memudahkan dirinya dalam
beraktifitas, tetapi faktor penyebaran perekonomian yang tidak merata dan masih
banyaknya kesenjangan ekonomi menyababkan hal-hal yang ingin dicapai tidak
dapat berjalan dengan maksimal.
Hanya
kalangan orang – orang dengan ekonomi menengah keatas atau kaum yang tergolong
makmur yang bisa merasakan dari perkembangan IPTEK yang saat ini berkembang
dnegan pesat. Sebaliknya, kaum miskin akan semakin tersingkir dengan IPTEK yang
semakin maju.
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan.
Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia,
melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam
serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.Ilmu pengetahuan, teknologi serta
kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas, sebab bagi siapa saja yang
dapat menguasai IPTEK maka ia akan berkembang mengikuti era globalisasi yang
sudah modern ini. Dan bagi siapa saja yang tidak menguasai IPTEK maka ia akan
tertinggal jauh oleh pesatnya perkembangan teknologi di zaman ini.Bila di zaman
yang modern ini masih ada masyarakat yang tertinggal dan tidak menguasai IPTEK
maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan karena mereka
masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien
lagi dizaman ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar