Participatory Culture
Participatory Culture atau disebut Budaya Partisipasi, merupakan sebuah budaya dimana masyarakat tidak hanya bertindak sebagai penikmat (konsumen) melainkan masyarakat juga dapat bertindak sebagai produsen maupun ikut berkontribusi dalam pembuatan suatu hal. Kita ambil contoh dari situs penyedia video Youtube, dulu ketika pertama kali keluar hanya sedikit orang yang membuat dan mengunggah video di situs ini, sedangkan yang lain hanya menjadi penonton. Mari kita lihat jaman sekarang, masyarakat mulai berlomba – lomba untuk membuat channel di Youtube, mereka menikmati video orang lain dan mereka juga membuat video mereka sendiri untuk dinikmati oleh orang lain.
Kemudian
terjadilah konvergensi yang mewakili pergeseran paradigma dari konten
spesiikasi menengah ke konten yang mengalir melalui media komunikasi. Dari hal
tersebut terciptalah mediasi komunikasi menggunakan komputer (CMC). Mediasi ini
mengacu pada pertukaran pesan yang disampaikan melalui media komunikasi,
contohnya Facebook, Line, Instagram, Youtube dll. Menurut
A.F. Wood dan M.J. Smith, Computer Mediated Communication adalah segala bentuk
komunikasi antar individu, individu dengan kelompok, yang saling berinteraksi
melalui computer dalam suatu jaringan internet. Pada media komputer terjadi
peleburan antara komunikasi Mediation (perantara) dan Immediate (langsung).
Konvergensi
yang biasa digunakan untuk merujuk ke suatu hal yang berbeda, agar tidak
terjadi ambigu maka digunakanlah istilah Konvergensi Media. Konvergensi media
adalah penggabungan media atau outlet komunikasi massa seperti media cetak, televisi,
bersama dengan teknologi portable melalui platform digital.
Dilihat dari segi manapun,
konvergensi media memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positif konvergensi
media di antaranya dapat memperkaya informasi secara luas, memberi banyak
pilihan kepada masyarakat untuk memilih informasi sesuai selera, lebih mudah,
praktis dan efisien. Akan tetapi dibalik sisi positif tersebut ada sisi negatif dari
konvergensi media ini, yaitu perubahan gaya hidup masyarakat, dikarenakan semua
yang serba praktis sehingga cenderung menimbulkan sifat malas. Lalu munculnya
masyarakat maya, dimana komunikasi secara face to face tidak diminati lagi
dikarenakan rasa malas yang tercipta. Terlebih lagi adalah timbulnya
kesenjangan social, dimana orang yang miskin akan ketinggalan informasi,
sedangkan yang kaya dapat dengan mudah mendapat informasi melalu gadgetnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar